Hadis Tentang Ketentuan Safar




"الراكب شيطان و الراكبان شيطانان و الثلاثة ركب"

"Satu orang yang bertunggangan dalam safar adalah syaithan, dua orang juga syaithan dan tiga orang adalah orang bertunggangan (dalam safar) yang benar"

قال العراقي: إن المعنى مع الراكب شيطان أو إن المعنى تشبيهه بالشيطان، لأن عادته الانفراد في الأماكن الخالية كالأودية والحشوش.
[دليل الفالحين، باب استحباب طلب الرفقة]

وقال الخطابي: معناه أن التفرد والذهاب وحده في الأرض من فعل الشيطان وهو شيء يحمل عليه الشيطان ويدعوه إليه فقيل لذلك إن فاعله شيطان.
[معالم السنن،ج:٢،ص:٢٦٠]

قال ابن عبد البر:في هذا الحديث كراهية الوحدة في السفر وأنى هذا الحديث بلفظ الراكب ويدخل الراجل في معناه إذا كان وحده ولم تختلف الآثار في كراهية السفر للواحد واختلفت في الاثنين ولم يختلف في الثلاثة فما زاد أن ذلك حسن جائز وإنما وردت الكراهية في ذلك والله أعلم لأن الوحيد إذا مرض لم يجد من يمرضه ولا يقوم عليه ولا يخبر عنه.
"التمهيد،ج:٢٠،ص:٦]

وقال الطبراني: هذا زجر أدب وإرشاد لما يخاف على الواحد من الوحشة وليس بحرام فالسائر وحده بفلاة والبائت في بيت وحده لا يأمن من الوحشة سيما إذا كان ذا فكرة رديئة وقلب ضعيف .
[التنوير شرح الجامع الصغير،حديث؛٤٤٧٥]

1.    Berkata Imam Al-'Iraqi: "Makna hadis adalah perumpamaannya dengan syaithan, karena kebiasaan syaithan adalah suka bersendirian di tempat-tempat yang kosong, seperti di lembah-lembah dan tempat-tempat yang kotor.[lihat: KitabDalilulFalihin, bab: Istihbab Thalaburrifqah].

  Berkata Al Imam Al-Khaththabi: "Makna hadis adalah bahwa suka bersendirian dan bepergian sendirian di permukaan bumi termasuk perbuatan syaithan. Dan ini merupakan perbuatan yang disukai dan diseur oleh syaithan. Oleh karena itu pelakunya dikatakan syaithan. [LihatKitabMa'alimussunan, jilid: 2, halaman:260]

3.     Berkata Imam Ibnu Abdilbar: "Hadis tersebut menunjukkan makruhnya melakukan safar sendirian. Penyebutan  راكب (yang bertunggangan) dalam hadis ini juga mencakup orang yang berjalan kaki, apabila ia bersendirian.
Riwayat-riwayat yang menunjukan dimakruhkannya safar bersendirian tidak ada perselisihan di dalamnya, namun terjadi perselisihan riwayat jika berdua dalam safar. Demikian juga tidak ada perselisihan dalam riwayat-riwayat tentang baiknya/bolehnya safar bertiga dan bila lebih dari tiga maka lebih baik.
Kemakruhan hanya apabila ia bersendiri atau berdua dalam safar, Allah-lah yang lebih mengetahui. Karena orang yang bersendirian dalam safar, apabila tertimpa musibah sakit, maka tidak ada orang yang mengobati, mengurusnya dan mengkabarkan tentangnya." [Lihat Kitab At-Tamhid, jilid:20, halaman:6].
4.    Berkata Imam Ath_Thabrani: "Ini merupakan celaan yang dimaksudkan darinya adalah adab dan bimbingan. Dikarenakan marabahaya yang akan menimpanya bila dia bersendiri dalam safarnya, dan bukanlah hukumnya haram. Karena orang yang bersendirian dalam perjalanan dan ketika tidur tentunya tidak akan aman dari marabahaya yang mengancamnya, terlebih lagi jika dia adalah orang yang sering berpikir jelek dan hati lemah.

[Lihat Kitab At-Tanwir Syarhu Al-Jami' Ash-Shagir, hadis no:4475]

Penerjemah: Al-Ustadz Farhan Bin Ramli Bin Ahmad~حفظه الله~

Artikel Mukmin.net


  
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini