Bagaimana Rakyat Menyikapi Pemerintah Zhalim?
(Tulisan) ini adalah sebuah usaha untuk
menjawab pertanyaan tersebut, guna menjelaskan kebenaran yang diperselisihkan.
(Jawaban ini) disarikan dari Kitabullah, Sunnah Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, dan fiqih (pemahaman) imam-imam pembawa petunjuk terhadap nash-nash
keduanya, sebagai pengamalan firman Allâh Azza wa Jalla :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي
الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ
وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ
خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah
Allâh dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allâh
(Alquran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allâh dan
hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. [an-Nisa’/4: 59]
Kewajiban penulis untuk tidak
menyembunyikan nash (dalil) yang menyelisihi pendapatnya, sedangkan kewajiban
pembaca menerima dengan ridha dan tenang (terhadap dalil) :
1. HAK PENGUASA YANG MENJADI KEWAJIBAN
RAKYAT
Rakyat berkewajiban mentaati pemerintah
dalam perkara yang bukan maksiat, mendo'akan kebaikan untuknya dan memiliki
ketulusan terhadapnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي
الْأَمْرِ مِنْكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah
Allâh dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. [an-Nisâ’/4: 59]
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah bersabda :
مَنْ
خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً
جَاهِلِيَّةً
Barangsiapa keluar dari ketaatan
(penguasa-pen) dan memisakan diri dari Jama’ah (umat Islam yangdipimpin
penguasa-pen) lalu dia mati, dia mati dengan keadaan kematian jahiliyah. [HR.
Muslim]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga bersabda:
الدِّينُ
النَّصِيحَةُ ... لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأَئِمَّةِ
الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
Agama adalah ketulusan…untuk Allah,
kitabNya, Rasul-Nya, penguasa-penguasa umat Islam, dan orang-orang umum mereka
(rakyat). [HR. Muslim]
Dan termasuk ketulusan untuk
penguasa-penguasa umat Islam semua adalah mendoakan kebaikan untuk penguasa
agar diberi kebaikan, taufik (bimbingan), dan hidayah (petunjuk).
Ketika penguasa di zaman Imam Ahmad bin
Hambal rahimahullah disebut-sebut (dicela-pen), imam Ahmad rahimahullah
berkata,
إِنِّي
لَأَدْعُوْ لَهُ بِالصَّلاَحِ وَالْعَافِيَةِ، لَئِنْ حَدَثَ بِهِ حَدَثٌ
لَتَنْظُرَنَّ مَا يَحِلُّ بِالإِسْلاَمِ
Sesungguhnya aku mendoakan untuk
penguasa agar diberi kebaikan dan ‘afiyah (keselamatan). Jika terjadi persitiwa
(seperti pemberontakan atau pembunuhan atau semacamnya-pen ) pada penguasa,
kamu benar-benar akan melihat apa (yakni keburukan) yang akan menimpa Islam.
[Kitab as-Sunnah karya al-Khallâl, hlm. 84]
Imam al-Barbahâri rahimahullah berkata :
إِذَا
رَأَيْتَ الرَّجُلُ يَدْعُوْ عَلَى السُّلْطَانِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ صَاحِبُ هَوَى،
وَإِذَا سَمِعْتَهُ يَدْعُوْ لِلسُّلْطَانِ بِالصَّلاَحِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ
صَاحِبُ سُنَّةٍ، فَأُمِرْنَا أَنْ نَدْعُوَ لَهُمْ وَلَمْ نُؤْمَرْ أَنْ نَدْعُوَ
عَلَيْهِمْ وَإِنْ جَارُوْا وَظَلَمُوْا، لِأَنَّ جَوْرَهُمْ عَلىَ أَنْفُسِهِمْ،
وَصِلاَحِهِمْ لِأَنْفُسِهِم وَلِلْمُسْلِمِيْنِ
Jika engkau melihat seseorang mendoakan
kecelakaan kepada penguasa, maka ketahuilah bahwa dia itu pengikut hawa nafsu.
Jika engkau mendengarnya mendoakan kebaikan untuk penguasa, maka ketahuilah
bahwa dia itu pengikut Sunnah.
Kita ini diperintahkan untuk mendoakan
kebaikan untuk mereka (penguasa) dan kita tidak diperintahkan mendoakan
keburukan buat mereka, walaupun mereka menyimpang dan berbuat zhalim. Karena
penyimpangan mereka menimpa mereka sendiri, sedangkan kebaikan mereka adalah
untuk mereka dan kaum Muslimin. [Syarhus Sunnah, hlm. 15]
2. HAK RAKYAT YANG MENJADI KEWAJIBAN
BAGI PENGUASA
Bersikap tulus kepada rakyatnya :
Pertama, dalam perkara-perkara agama, kedua, dalam perkara-perkara dunia.
Dengan cara menyebarkan aqidah (yang benar) dan Sunnah (ajaran Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam ), lewat ta’lim (pengajaran), hukum, dakwah menuju agama
Allâh Azza wa Jalla berdasarkan ilmu, dan melarang bid’ah-bid’ah. Yang terbesar
(dari bid’ah yang harus dilarang) adalah membangun masjid-masjid di dekat
kuburan-kuburan yang disembah, tempat-tempat (yang dianggap keramat atau
membawa berkah), masyâhid (tempat-tempat yang dianggap peninggalan orang-orang
shalih, dan semacamnya), dan tempat-tempat yang diziarahi. Dan bid’ah-bid’ah
selainnya yang berupa tempat-tempat terpencil (untuk semedi dan semacamnya) dan
semua bid’ah-bid’ah di dalam ibadah.
Rakyat juga memiliki hak-hak (lain) yang
menjadi kewajiban bagi penguasa, (yaitu) hak-hak untuk mendapatkan perlakuan
baik dan perhatian. Penguasa tidak memberikan beban yang tidak mampu mereka
lakukan. Penguasa memenuhi pelayanan-pelayanan yang berkaitan dengan kehidupan
sesuai dengan kemampuannya. Dan agar penguasa menjadi teladan yang baik di
dalam perkara agama dan dunia.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَأَنِ
احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di
antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka. [al-Mâidah/5:49]
Rasâlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah bersabda :
مَا
مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ
غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Tidak ada seorang hamba yang Allâh
memberikan kekuasaan kepadanya mengurusi rakyat, pada hari dia mati itu dia
menipu rakyatnya, kecuali Allâh haramkan surga atasnya. [HR. Muslim]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga bersabda :
كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Setiap kamu adalah pemimpin/pengatur dan
akan ditanya tentang kepemimpinannya. (HR. Bukhari)
3. INILAH JAWABAN PERTANYAAN DI ATAS,
BAGI ORANG YANG MAU MENERIMA HUKUM ALLAH DALAM KITAB-NYA DAN SUNNAH RASUIL-NYA
Kewajiban rakyat adalah mentaati
penguasa walaupun dia berbuat kezhaliman dan penyimpangan, walaupun dia berbuat
kefasikan dan kemaksiatan, kecuali jika dia memerintahkan maksiat, maka tidak
ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khâlik.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
عَلَيْكَ
السَّمْعَ وَالطَّاعَةَ فِى عُسْرِكَ وَيُسْرِكَ وَمَنْشَطِكَ وَمَكْرَهِكَ
وَأَثَرَةٍ عَلَيْكَ
Kewajibanmu mendengar dan taat (kepada
pemimpin) dalam keadaan engkau susah atau mudah, engkau suka atau engkau, dan
mementingkan penguasa atau dirimu. [HR. Muslim]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga bersabda :
إِنَّهَا
سَتَكُونُ بَعْدِى أَثَرَةٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ
كَيْفَ تَأْمُرُ مَنْ أَدْرَكَ مِنَّا ذَلِكَ قَالَ تُؤَدُّونَ الْحَقَّ الَّذِى
عَلَيْكُمْ وَتَسْأَلُونَ اللَّهَ الَّذِى لَكُمْ
Sesungguhnya setelahku akan terjadi
monopoli hak dan perkara-perkara (pada penguasa-pen) yang kamu akan
mengingkarinya. Para sahabat bertanya, “Apakah yang anda perintahkan kepada
orang di antara kami yang mendapati hal itu?” Beliau menjawab, “Kamu tunaikan
kewajibanmu dan kamu meminta hakmu kepada Allâh”. [Muttafaq ‘alaihi]
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga bersabda :
مَنْ
يُطِعِ الأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِى وَمَنْ يَعْصِ الأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِى
Barangsiapa mentaati amir (penguasa),
maka dia telah mentaati aku. Dan barangsiapa memaksiati amir (penguasa), maka
dia telah memaksiati aku [Muttafaq ‘alaihi]
Bahkan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
يَكُونُ
بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي
(وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ
إِنْسٍ) قَالَ قُلْتُ كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ
قَالَ تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ وَأُخِذَ مَالُكَ
فَاسْمَعْ وَأَطِعْ
"Akan ada penguasa-penguasa
setelahku, mereka tidak mengikuti petunjukku, tidak melaksanakan sunnahku,
(akan ada di atara mereka orang-orang yang hati mereka adalah hati setan berada
di dalam jasad manusia)"[1]. Hudzaifah bertanya, 'Jika aku menemui hal
itu, maka bagaimana yang akan aku lakukan wahai Rasûlullâh?' Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, "Dengarlah dan taatilah pemimpin, walaupun dia
memukul punggungmu dan merampas hartamu, namun tetap dengarlah dan taatilah
". [HR. Muslim].
Bahkan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda:
كَيْفَ
أَنْتَ إِذَا كَانَتْ عَلَيْكَ أُمَرَاءُ يُؤَخِّرُونَ الصَّلاَةَ عَنْ وَقْتِهَا
أَوْ يُمِيتُونَ الصَّلاَةَ عَنْ وَقْتِهَا. قَالَ قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِى قَالَ
: صَلِّ الصَّلاَةَ لِوَقْتِهَا فَإِنْ أَدْرَكْتَهَا مَعَهُمْ فَصَلِّ فَإِنَّهَا
لَكَ نَافِلَةٌ
Bagaimana engkau (Wahai Abu Dzarr), jika
engkau dipimpin oleh para amir (penguasa) yang mengakhirkan shalat dari
waktunya (atau mematikan shalat dari waktunya)? Aku (Abu Dzarr) menjawab, “Apa
yang engkau perintahkan kepadaku?” Beliau bersabda, “Shalatlah pada waktunya,
jika engkau mendapati shalat bersama mereka, maka shalatlah, sesungguhnya itu
(shalat) nafilah (sunnah/tambahan) bagimu”. [HR. Muslim]
Dengan munculnya kemaksiatan-kemaksiatan
yang berupa syirik dan lainnya di kalangan kaum Muslimin di zaman ini, kecuali
orang-orang yang dirahmati oleh Allâh, kemaksiatan-kemaksiatan itu tidak
diperintahkan untuk dilakukan. Seandainya hal itu terjadi (yaitu kemaksiatan-kemaistan
yang ada itu diperintahkan oleh penguasa), penguasa tetap ditaati dalam perkara
yang merupakan ketaatan kepada Allâh, dan penguasa tidak ditaati dalam perkara
yang merupakan kemaksiatan kepada Allâh, sebagaimana dikatakan oleh sahabat
Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu , salah satu perawi hadits
tentang hal itu.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan
kepada Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.
Oleh:
As-Syaikh Sa'ad Al-Hushayyin
(Diterjemahkan oleh Muslim Abu Isma’il
al-Atsari dari tulisan syaikh Sa’ad al-Hushayyin hafizhahullah yang berjudul
“Madzâ Taf’alu ar-Ra’iyyatu bil Hâkim azh-Zhâlim wal Fâsiq wal Fâjir; diambil
dari “Mauqi’ Asy- Syaikh Sa’ad Al-Hushayyin)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi
02/Tahun XVI/1433H/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl.
Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax
0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Kalimat di dalam kurung tidak ada
di dalam makalah Syaikh, tetapi ada di dalam hadits-pen
Labels
Random
Post A Comment
No comments :