Sabar terhadap Kematian Orang yang Dicintai






Segala puji bagi Allah,

Seorang mukmin jika diuji dengan musibah oleh Allah ‘azza wa jalla selayaknya dia mengingat beberapa perkara:

Perkara yang pertama adalah dia harus mengetahui bahwa Allah lah yang menurunkan musibah kepada seorang hamba, sedangkan Dia adalah Yang Maha Mengetahui dan Maha Adil.

لا يسأل عما يفعل وهم يسألون

Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya akan tetapi kalianlah yang ditanya.
Dan tidaklah Allah menguji seorang hamba melainkan untuk kebaikannya dan untuk kemashlahatan dirinya. Dimana kemashlahatan tersebut ada dalam 3 hal:

1.       Apakah sebagai peringatan dari kelalaian dirinya. Betapa banyak hamba-Nya terlalaikan dari ketaatan kepada Allah dan amat sangat jauh dari pintu-Nya. Maka sebagai bentuk kasih sayang-Nya, Allah menurunkan musibah apakah dengan kematian anak, keluarga, atau orang yang dikasihinya yang dengan musibah tersebut teringatlah dirinya akan kelalaiannya dan kembali kepada Allah sehingga dia menjadi hamba yang shalih.

2.       Bahwasannya musibah dapat menggugurkan dosa-dosa seorang hamba sehingga seseorang berjalan di atas muka bumi dalam keadaan tiada lagi noda kemaksiatan melekat di dalam dirinya

3.       Dan jika seorang hamba bersabar dalam musibah yang menimpanya maka kedudukannya di dalam surga Allah tabaraka wa ta’ala akan ditinggikan. Dan sungguh terkadang Allah azza wa jalla menginginkan kedudukan seorang hamba yang tinggi di jannah, namun hamba tersebut tidak dapat menggapai perkara tersebut dengan amalan kebaikannya sehingga Allah memberikan cobaan dan mengkaruniakan kesabaran kepadanya maka sebagai hasilnya dia mendapatkan kedudukan tersebut di sisi-Nya

Perkara yang kedua, hendaknya seorang hamba jika diuji dengan kematian orang yang dikasihinya agar berprasangka baik kepada Rabbnya. Dikarenakan seorang mukmin jika dihadapkan dengan kematian maka berprasangka baik kepada Allah adalah hal yang diperintahkan.

Dia berharap mayyit tersebut dalam keadaan baik dan mendapat berita gembira sembari jenazah tersebut berkata sebagaimana yang telah di hikayatkan di dalam hadits :
Percepatlah prosesi penguburanku! Percepatlah!

Begitulah seorang muslim ketika dia diwafatkan. Dia rindu akan perjumpaan dengan Rabbnya dan tidak sabar untuk mendapat balasan kebaikan sebagai bentuk rahmat dari Allah ta’ala.

Kemudian hendaknya dia mengambil pelajaran tentang kematian orang yang dikasihinya, bahwa hari ini dia kehilangan orang tersebut namun bisa jadi hari esok adalah gilirannya untuk menghadapi kematian. Kita akan di antar ke pekuburan sebagaimana mereka diantar dan hanya Allah yang mengetahui waktu kematian kita. Sepantasnya bagi seorang hamba agar mengambil pelajaran dengan memperbanyak bertaubat kepada Allah dan meningkatkan keta’atan kepada-Nya disebabkan ketika kita memeriksa jiwa-jiwa kita, maka akan kita dapatkan dosa yang sangat banyak.

Oleh sebab itu sisa waktu yang Allah berikan hendaknya di manfa’atkan sebaik-baiknya. Kita meminta kepada Allah taufiq dan hidayah-Nya dan semoga Allah mewafatkan kita dalam keadaan husnul khatimah.


(Tulisan ini disadur dengan beberapa penyesuaian dari ceramah Asy-Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaily yang berjudul: Sikap Seorang Muslim Dalam Menghadapi Musibah Dengan Diwafatkannya Orang Yang Dikasihi)


redaksi Mukmin.net



Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini