Antara Lintasan dan yang Terus Dipikirkan





Kehendak ada dua;
(1) hanya lintasan, dan
(2) yang terus difikirkan.
[Lihat: “It-haaful Ilf” (I/323)]

Allah -Ta’aalaa- berfirman:
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Rabb-nya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24)

“Kehendak yang dengannya Yusuf berkehendak kepada wanita tersebut, kemudian dia tinggalkan karena Allah; maka hal semacam ini bisa mendekatkan diri kepada Allah. Karena kehendak (keinginan jelek) merupakan salah satu dorongan hawa nafsu yang senantiasa memerintahkan kepada kejelekkan -dan ini adalah tabi’at umumnya makhluk-, dan tatakala dia hadapkan (kehendak) semacam ini dengan kecintaan dan rasa takut kepada Allah; maka kecintaan dan rasa takut kepada Allah akan mengalahkan keinginan jiwa dan hawa nafsu”.

Adapun kehendak (keinginan jelek) yang tercela pada seorang hamba adalah: kehendak yang terus ada padanya, kemudian berubah menjadi tekad, dan terkadang dibarengi dengan perbuatan.” [“Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hlm. 409- cet. Muassasah ar-Risaalah)] (diambil dari: Al-Maqaalaat 1 (I/167-169), karya Ahmad Hendrix)

Gunakan Pikiran Untuk Kebaikan
[1]- Hendaknya seorang muslim atau muslimah tidak menggunakan pikirannya untuk hal-hal yang jorok dan kotor; yang tidak ada manfaatnya dan hanya angan-angan semata; yang tidak ada hakikatnya dan tidak memberikan kecukupan baginya sedikit pun. Permisalannya seperti seorang yang lapar dan haus kemudian dia membayangkan makanan dan minuman, padahal dia tidak bisa memakannya dan meminumnya. [Lihat: Ad-Daa’ wad Dawaa’ (hlm. 236-237) karya Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah -rahimahullaah-]

 [2]- Hendaknya seorang muslim atau muslimah menggunakan pikirannya untuk hal-hal yang bermanfaat, terutama yang bermanfaat bagi urusan akhiratnya. Seperti:

·         Memikirkan ayat-ayat Allah yang Dia turunkan (Al-Qur’an), memahami, dan mentadabburinya.
·         Memikirkan tentang ayat-ayat Allah yang “kauniyyah” (alam semesta), sehingga bisa mengerti tentang hikmah Allah, kebaikan-Nya, dan kedermawanan-Nya. Bahkan, dengannya kita bisa menghayati nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya.
·         Memikirkan nikmat-nikmat Allah dan kebaikan-kebaikan-Nya atas para makhluk-Nya; dimana Dia telah memberikan berbagai macam kenikmatan, juga memikirkan keluasan rahmat (kasih sayang)-Nya dan ampunan-Nya.
·         Memikirkan aib diri sendiri dan kekurangan amal-amalnya.
·         Memikirkan (amalan) apa yang bisa dilakukan pada saat sekarang ini dan mengumpulkan semangat untuk menyibukkan waktunya dengan hal-hal yag bermanfaat.
[Lihat: Ad-Daa’ wad Dawaa’ (hlm. 238-239) karya Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah -rahimahullaah-]

[3]- Dan yang harus diperhatikan bahwa: kalau seseorang tidak mengosongkan hatinya dari pikiran-pikiran yang jelek; maka pikiran-pikiran yang bermanfaat tidak akan menetap di dalam hatinya. [Lihat: Ad-Daa’ wad Dawaa’ (hlm. 241) karya Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah -rahimahullaah-]

 [4]- Maka kita mohon kepada Allah agar dibersihkan hati-hati kita, sebagaimana do’a yang diajarkan oleh Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:

... اللّٰهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا...
“…Ya Allah, berikanlah ketakwaan pada jiwaku dan sucikanlah ia, karena Engkau sebaik-baik Rabb yang mensucikannya, Engkau Pelindung dan Pemeliharanya...”
[Lihat: DO’A & WIRID (hlm. 309-310- cetakan ke-32) karya Fadhilatul Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas -hafizhahullaah-]


ditulis oleh:
Al-Ustadz Ahmad Hendrix

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini