Kekayaan Hakiki



قال شيخ الإسلام ابن القيم رحمه الله تعالى- :
"إذا فتح الله عليك في باب قيام الليل،فلا تنظر للنائمين نظرة ازدراء،وإذا فتح الله عليك في باب الصيام ،فلا تنظر للمفطرين نظرة ازدراء،وإذا فتح الله عليك في باب الجهاد ،فلا تنظر للقاعدين نظرة ازدراء،فرب نائم ومفطر وقاعد .. أقرب إلى الله منك "
وقال أيضاً رحمه الله تعالى: "وإنك أن تبيت نائماً وتصبح نادماً خير من أن تبيت قائماً وتُصبح معجباً، فإنَّ المُعجَب لا يصعد له عمل"اهـ


Sebagian manusia salah dan keliru ketika menduga bahwa kekayaan akan diraih dengan banyaknya harta. Berangkat dari persepsi yang salah inilah mereka kemudian berupaya mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa memperdulikan lagi dari mana dan dengan cara apa ia dapatkan. Semua cara ia halalkan.
Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyingkap tabir akan hakikat kekayaan.
Dalam sabdanya :
ليس الغنى عن كثرة العرض ولكن الغنى عنى النفس.
Artinya :
Bukanlah kekayaan itu dengan banyak harta akan tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati.
(HR. Bukhari Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)
Alangkah indahnya ucapan tersebut.
Kekayaan hati yang lahir dari rasa takwa dan yakin kepada Allah tabaraka wa Ta'ala yang akan membawa dan membimbingnya untuk tidak takut akan kemiskinan.
Suatu ketika Abu Hazim Salamah ibnu Dinar rahimahullah seorang alim ulama yang terkenal dengan kezuhudannya ditanya sebuah pertanyaan :
ما مالك?
قال: لي مالان لا أخشى معهما الفقر:
الثقة بالله،
واليأس مما في أيدي الناس".

Harta apa yang engkau miliki ?
Beliau rahimahullah pun lantas menjawab :
Aku memiliki dua harta berharga yang dengannya aku tidak pernah khawatir akan kemiskinan :
- Harta pertama adalah rasa yakin dan percaya kepada Allah ta'ala,
- Harta kedua adalah tidak mengharapkan apa yang ada di sisi manusia.
(Lihat kitab: Hilyatul Auliya: 3/233)
Lihat begitu mempesonanya jawaban dari sang alim tersebut.
Bagaimana mungkin kita takut akan kemiskinan sedangkan Allah Ar-Razzaq sebagai penolong kita adalah pemilik segala apa yang ada dilangit dan dibumi.
Tidakkah kita seharusnya lebih takut akan kemiskinan yang akan melanda dihari kiamat kelak, kemiskinan berupa kurangnya perbekalan takwa dan amalan kebaikan.
Hanya kepada Allah ta'ala kita mengadu dan meminta agar memperbaiki keadaan kita semua.
Allahul musta'an.

Penulis: Abu 'Abdillah Sahl

Artikel Mukmin.net


Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini