Jika Benar Mencintai Rasulullah (Bagian 1)



Cinta kepada nabi shallallahu `alaihi wasallam merupakan suatu ibadah yang sangat mulia, bahkan tidaklah sah keislaman seseorang tanpa mencintai beliau. Oleh karenanya merupakan sebuah kebanggaan bagi setiap muslim tatkala dirinya di katakan sebagai pecinta Nabi Muhammad.

Bahkan setiap Muslim pasti akan mengaku akan cintanya kepada beliau. Hanya saja, pengakuan cinta itu tentu butuh pembuktian. Bagaimana bentuk pembuktian tersebut?


Berikut ini penulis ingin menyebutkan beberapa bukti dan konsekuensi logis dari cinta kepada nabi shallallahu `alaihi wasallam berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman as-salaf. Agar kita dapat menilai setiap pengakuan cinta kepada beliau itu, benar adanya ataukah sekedar pengakuan tiada bukti dan tanpa realisasi. Ada beberapa konsekuensi kecintaan seorang kepada rasulullah shallallahu `alaihi wasallam:

1. Meyakini Bahwa Sunnah(hadits) beliau sebagai sumber hukum Agama Islam , sebagaimana halnya Al-Quranul Karim.


Dalilnya;


وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
 

”Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan” [QS.16: 44]
 

Allah juga berfirman:

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ، إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
 

“Tidaklah ia (Muhammad) berucap dari hawa nafsu, melainkan (yang ia ucapkan) adalah wahyu yang diwahyukan padanya”. [QS. 53: 3]

Dan dari hadis:


يُوشِكُ الرَّجُلُ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيكَتِهِ يُحَدَّثُ بِحَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِي فَيَقُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا وَجَدْنَا فِيهِ مِنْ حَلَالٍ اسْتَحْلَلْنَاهُ وَمَا وَجَدْنَا فِيهِ مِنْ حَرَامٍ حَرَّمْنَاهُ أَلَّا وَإِنَّ مَا حَرَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ

“Akan datang seseorang yang bersandaran di tempat duduknya, diceritakan kepadanya sebuah hadis dariku, namun ia berkata; 'antara kami dan kalian adalah kitabullah 'azza wajalla. Apa yang kami temukan yang halal darinya maka kami menghalalkannya dan apa yang kami temukan yang haram darinya, maka kami mengharamkannya.' Ketahuilah, sesungguhnya apa yang diharamkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah seperti yang diharamkan Allah." [HR. Ibnu Maajah No. 12, dari Sahabat Miqdad Bin Ma’dikarib, dishahihkan oleh Syaikh Albani].

2. Taat dan mengikuti beliau, dengan menjalankan perintah dan meninggalkan larangannya.
Dalilnya:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
 

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul dan janganlah kamu merusak (pahala) amal-amalmu”. [QS. 47: 33]

وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا واتقوا الله إن الله شديد العقاب

“Apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”.

3. Lebih mengedepankan sabda beliau atas ucapan seluruh manusia. 

Dalilnya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS. 49: 1]

Allah berfirman:


وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا
 

Dan tidaklah patut bagi seorang mukmin dan mukminat, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. [QS. 33: 36]

Berkata Imam Syafi’i -rahimahullah-:


أجمع الناس على أن من استبانت له سنة عن رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لم يكن له أن يدعها لقول أحد من الناس
 

Telah sepakat seluruh kaum muslimin bahwa wajib atas seseorang yang telah jelas baginya sunnah (hadis) dari nabi agar tidak meninggalkannya dikarenakan ucapan seseorang dari manusia. [Ar-Risalah, Karya Imam Syafii].


Bersambung....



Ditulis Oleh Al-Ustadz Farhan Abu Furaihan -hafizhahullah- (Ustadz Pembina Radio Syiar Tauhid Aceh).

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini