Beberapa Prinsip Pendidikan Islam






Pernahkah kita berfikir bahwa di zaman dahulu dalam dunia Islam tidak ada yang namanya sekolah?  Ya, yang ada hanyalah Kuttab (tempat belajar baca tulis).  Namun kenyataan yang tidak bisa dipungkiri oleh sejarah bahwa di saat itulah zaman keemasan Islam tercapai.
Tanpa maksud menyepelekan pendidikan formal di zaman sekarang, karena dalam sebagian keadaan sangat erat hubungannya dengan kondisi sosial yang kadang sangat diperlukan, namun yang harusnya jadi perhatian, ialah bagaimana pendidikan zaman keemasan tersebut bisa kita adopsi sebagai ruh dari pendidikan di zaman sekarang.  Ada beberapa Kaidah dasar, yang semoga bisa membantu para guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, di dalam merealisasikan cita-cita mereka.
1. Mengutamakan kelembutan dan kasih sayang di dalam pendidikan.
Rasulullah telah mengajarkan kepada kita sebuah contoh.  Diceritakan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘Anha :
جاء أعرابي إلى النبي - صلَّى الله عليه وسلَّم - فقال: تُقَبِّلون الصِّبيان؟ فما نقبِّلهم، فقال النبي - صلَّى الله عليه وسلَّم -: ((أوَأملك لك أن نَزَعَ الله من قلبك الرحمة؟))؛  )
Datang seorang badui kepada Rasulullah kemudian berkata : "apakah kalian mencium anak anak kalian?" "sungguh kami tidak pernah mencium anak-anak kami." Berkata Rasulullah : Apakah engkau tidak takut jika Allah mengambil dari kalian rasa kasih sayang? (HR Bukhari dan Muslim)

Kisah di atas menunjukkan bahwa kasih sayang adalah asas dari semua bentuk pendidikan. Bagaimana membangun sebuah hubungan emosional antara seorang guru dan murid bukan hanya sekedar guru dan murid, namun sekaligus pembimbing dan ayah atau ibu kedua bagi sang anak, sehingga dengan mudahnya anak tersebut akan menyayangi sang guru layaknya kedua orang tuanya. Itu semua dimulai dari kasih sayang sang guru kepada anak didiknya.
2. Guru adalah contoh.
Istilah guru dengan digugu dan ditiru suatu hal yang masyhur. Sangat banyak sebuah pendidikan hanya dari sebuah contoh kehidupan. Sang murid hanya melihat dan akan meniru. Subhanallah.
Sebuah kisah diceritakan oleh Abdullah bin Abbas :
بِتُّ عِنْدَ خَالَتِي «فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ، فَقُمْتُ أُصَلِّي مَعَهُ، فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ، فَأَخَذَ بِرَأْسِي، فَأَقَامَنِي عَنْ يَمِينِهِ
Aku menginap di rumah bibiku pada suatu malam, lalu Rasulullah berdiri untuk shalat malam, maka akupun ikut berdiri bersamanya di sebelah kirinya, kemudian beliau membangunkan aku dan menyuruhku berdiri di sebelah kanannya. (HR Bukhari dan Muslim)

Pelajaran dari hanya sebuah perbuatan, maka sangat penting di dalam hal ini agar sang guru bisa menjadi contoh kebaikan bagi muridnya. Jangan memperlihatkan hal yang tidak baik di hadapan anak didik kita, karena sama halnya itu dengan kita mengajari hal yang tidak baik. Seringlah menyapa dengan bahasa arab kepada anak- anak kita, niscaya dia dengan sendirinya akan menghafalnya. Senyumlah di hadapan mereka niscaya mereka akan murah senyum. Sayangi mereka, pasti mereka akan sayang kepada engkau dan teman- temannya.
Jangan berkebiasaan membentak mereka, karena mereka akan membentak dan lebih dari itu. Ekspresikan kemarahanmu dengan senyum, dan ungkapkan kekesalanmu dengan wajah yang ceria, niscaya mereka akan menirunya. Barakallahu fiykum.
3. Tegas
Maksudnya adalah menegur setiap kekeliruan yang terjadi, namun dengan baik dan mendidik. Jangan biarkan anak didik kita melakukan hal yang melanggar syariat, ingatkan dan nasehati dengan seribu satu cara, engkau pasti bisa.
Ketika Amr bin salimah makan sambil tangannya kesana kemari di atas nampan, beliau menegur :
يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
Wahai anak kecil, ucapkanlah nama Allah, kemudian makan dengan tangan kananmu, dan makanlah dari yang dekat denganmu.

Kata Amr bin Salimah : Sungguh sejak itu, begitulah aku mencicipi makanan.

Bayangkan, anak kecil tetapi sanggup mengingat sebuah kisah yang lewat di dalam kehidupannya, bahkan dia mendapatkan pelajaran berharga dari teguran tersebut.
Oleh karena itu, jangan biarkan anak kita berada di dalam kesalahan dan kita biarkan dengan dalih “dia masih kecil”, atau  "nanti akan berubah sendiri“ , “kasihan dia“, dan lain sebagainya dari alasan yang dibuat-buat.
Rasulullah pernah menegur Al- Hasan ketika akan memakan kurma sedekah, dan tidak dibiarkan memakannya.
Dan masih banyak lagi hal yang perlu kita gali dari sirah kehidupan Rasulullah di dalam pendidikan kepada anak- anak, yang sangat baik dan telah mencukupi, sehingga kita tidak perlu untuk mengadopsi beraneka ragam teori atau terobsesi dengan berbagai kaidah yang justru pembuat kaidah itu sendiri tidak memahami Sunnah Rasulullah, Wallahul Musta'an.
Pelajarilah wahai sang guru ilmu agama, karena itu adalah bekal utama di dalam sebuah makna pendidikan. Semoga zaman keemasan lalu akan kembali terulang ditanganmu. Baarakallahu fikum. Wallahu A’lam Bishowab.

Ditulis Oleh:
- Al-Ustadz Abu Abdillah Imam -
-----------------------------------

Artikel mukmin.net

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini