Persatuan Islam Yang Hakiki


Setiap umat muslim pastilah mendambakan persatuan yang merupakan salah satu tujuan syariat yang paling penting. Namun di antara mereka ada yang terlalu tenggelam di dalam keinginan tersebut dan melupakan pokok-pokok agama yang seharusnya dengan fondasi tersebut bersatunya seorang muslim. Lantas bagaimana Islam memaknai persatuan?

Terdapat beberapa ayat dan hadits yang menunjukkan perintah bersatu padu dan jangan bercerai berai. Di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Perumpamaan kaum Muslimin dalam saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling menolong di antara mereka seperti perumpamaan satu tubuh. Tatkala salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka anggota tubuh yang lainnya akan merasakan pula dengan demam dan tidak bisa tidur.

Contoh dan permisalan dari nabi yang menggambarkan bagaimana seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya dalam persaudaraan dan saling tolong menolong. Antara satu dengan yang lainnya turut merasakan sakit apa yang dialami saudaranya. Bahkan persatuan tersebut dijelaskan dengan peniadaan iman yang sempurna tatkala ada seorang mukmin yang tidak mencintai saudaranya. Rasul bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Salah seorang dari kalian tidak beriman (dengan sempurna-red) sampai ia mencintai (kebaikan) untuk saudaranya dengan apa yang dia dicintai dirinya."
Juga perintah persatuan dan persaudaraan tersebut termaktub dalam Kitabullah, di antaranya adalah firman Allah ta’ala:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

"Berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (Al-Imran: 103)

Di dalam ayat ini terdapat petunjuk yang agung dan penjelasan yang terang benderang tentang perintah akan persatuan dan larangan bercerai berai. Dan adalah persatuan merupakan nikmat yang besar dari Allah diberikan kepada mereka yang beriman. Akan tetapi Allah memberikan sebuah syarat sebelum datang persatuan tersebut.

Dan syarat itu adalah perpegang dengan tali agama Allah. Yang maknanya persatuan akan datang dan nikmat tersebut akan meliputi sebuah umat manakala umat tersebut tunduk kepada perintah Allah dan perintah Rasul sebagai konsekuensi tunduk kepada perintah Allah.

Dari ayat ini juga dipahami kebalikan dari makna ayat tersebut bahwa siapa saja yang tidak tunduk kepada perintah Allah dan perintah Rasul-Nya maka tidak ada persatuan dan tidak akan ada nikmat Allah meliputi mereka dari nikmat persatuan tersebut.

Bagaimana dapat dikatakan sebagai persatuan sedangkan Allah masih dimaksiati siang dan malam. Sunnah Nabi ditinggalkan. Tauhid dijadikan kambing hitam manusia berpecah-belah. Manusia bertawakal kepada ramalan bintang sagitarius, leo, dll. Syariat Nabi dianggap kurang sehingga perlu untuk ditambah dan diperbaharui. Dan para pemimpin yang seharusnya ditaati sebagai bagian dari ketaatan terhadap perintah Allah ditinggalkan.

Allah berfirman di dalam kitab-Nya, “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (Al-An’am: 153]

Allah telah menjadikan jalan-Nya dibangun di atas Sunnah, yang mana ia adalah jalan Islam atau ditafsirkan dengan al-Qur`an dengan segala kandungan hukum-hukumnya, yang di dalamnya terdapat argumen dan penjelasan. Allah berfirman (artinya): "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)!".

Tatkala Rasulullah bersama para sahabatnya, ia menggaris di atas tanah garis yang lurus dan menggariskan garis-garis lain di kanan dan kirinya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk garis lurus tersebut seraya berkata, “Ini adalah jalan Allah”. Dan beliau menunjuk garis-garis yang bercabang di kanan dan di kirinya dengan mengatakan, "Ini adalah jalan-jalan sesat, di setiap ujung jalan-jalan ini terdapat setan yang menyeru kepadanya”. Kemudian beliau membaca ayat ini (QS al-An’am: 153).

Inilah hakikat persatuan dengan berpegang dengan tali agama Allah dengan tauhid dan menempuh jalan Nabi serta khawatir untuk jatuh ke jalan-jalan lain yang bukan nabi yang membuatnya. Dia adalah persatuan yang di dasari dengan saling menasehati dan mewasiati tentang kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Dan di antara rahasia Ilahi dan hikmah yang besar Allah melanjutkan ayat-Nya di surat Ali-Imran 103 adalah:  

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung" (Ali Imran: 104)
Ayat ini menjelaskan tentang fondasi dari persaudaraan dan persatuan yaitu saling menasehati dan memperingatkan akan keburukan dan menghasung untuk kebaikan.

Dan terakhir, di dalam al-Qur’an terdapat pula kisah persatuan yang Allah cela dan jadilah persatuan tersebut sebagai persatuan semu yang menjadi angan-angan sebagian manusia, karena yang tidak didasari dengan kecintaan dan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan sabda-Nya:

تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ

"Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah." (Al-Hasyr/59: 14]

Semoga Allah menyatukan barisan kaum muslimin diatas al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang dengan Allah pasti akan memenangkan mereka dan memberikan mereka kedudukan yang tinggi di dunia maupun di akhirat nanti.

Oleh: Redaksi
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini