Prinsip Ahlus Sunnah ( Bagian 5 )


Beriman terhadap takdir baik dan buruknya dan membenarkan hadits-hadits tentangnya dan mengimaninya. Tidak boleh mengatakan : “Kenapa?” dan “Bagaimana?”, karena hal itu tidak lain hanyalah membenarkan dan mengimaninya, barang siapa yang tidak memahami penjelasan hadits (tentang takdir) dan akalnya tidak sampai, maka hal itu telah cukup dan kokoh baginya. Maka wajib baginya mengimaninya dan berserah diri, seperti hadits : Ash-Shaadiqul Mashduuq.


Saya katakan : sepertinya yang beliau maksud adalah hadits Ibnu Mas’ud rahimahullah, dia berkata, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan kepada kami yang mana beliau itu  Ash-Shaadiqul Mashduuq (Yang selalu jujur dan dipercaya) :

“Sesungguhnya penciptaan kalian didalam perut ibunya dalam masa 40 hari itu berupa Nuthfah (setetes mani).” [HR. Al-Bukhari (hadits: 3332) dan Muslim (hadits: 2643)]

Adapun iman terhadap takdir, maka Allah ta’ala berfirman :

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dialah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. At-Taghabun : 2)

Dan firman-Nya pula :

لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (QS. At-Takwir : 28-29)

Dan firman-Nya pula :

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS. Al-Qamar : 49)

Dan di dalam hadits :

“Berbuatlah kamu karena sesungguhnya masing-masing dimudahkan untuk tujuan diciptakannya.” [HR. Al-Bukhari (4945) dari hadits Ali, dan Muslim (2649) dari hadits Imran bin Hushain].

Yahya bin Ya’mur berkata : Orang yang pertama kali berbicara tentang takdir di Bashrah adalah Ma’bad al-Juhani. Maka aku dan Humaid bin Abdurrahman al-Himyari berangkat menunaikan haji atau umrah lalu kami berkata, “Seandainya kami berjumpa dengan salah seorang Sahabat Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam maka kami akan menanyakan kepadanya tentang apa yang mereka katakan dalam masalah takdir. Maka kami ditakdirkan berjumpa dengan ‘Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiallahu anhuma dan ia sedang masuk ke dalam masjid, maka kami pun mengiringinya, salah satu dari kami di sebelah kanannya dan yang lainnya disebelah kirinya. Aku mengira bahwa temanku menyerahkan pembicaraannya kepadaku, maka aku berkata, “Wahai Abu Abdirrahman, telah muncul di tengah kami orang-orang yang membaca al-Quran dan sedikit ilmunya. Dan mereka mengira bahwa tidak ada takdir. Maka Ibnu Umar radhianllahu anhuma menjawab, “Apabila kamu berjumpa dengan mereka maka beritahukan kepada mereka bahwa aku berlepas diri dari mereka dan bahwa mereka telah berlepas diri dariku. Dan demi Dzat yang ‘Abdullah bin Umar bersumpah denganNya, jika seandainya salah seorang dari mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud lalu ia menginfakkannya, niscaya Allah ta’ala tidak akan menerima darinya hingga ia beriman kepada takdir...”

kemudian ia menyebutkan hadits Umar bin Khaththab radhiallahu anhu yang di dalamnya disebutkan bahwa Jibril bertanya kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam tentang iman, maka beliau menjawab :

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk. [Diriwayatkan oleh Muslim (hadits: 8) dan Ash-haabus Sunan, dan dikeluarkan Al-Bukhari di dalam kitab Khalqu Af’aalil ‘Ibaad, hal. 76 dengan konteks seperti ini]

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini