Tawakal, Ibadah Hati yang Membuatmu Istimewa

Pada suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya dalam perjalanan pulang dari peperangan di daerah Najd, waktu siang pun datang sementara Rasulullah dan para sahabat masih di tengah perjalanan, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah lembah yang dipenuhi tumbuhan berduri, Rasulullah memilih berteduh di salah satu pohon yang cukup lebat di lembah tersebut sedangkan para sahabat lain berpencar mencari tempat berteduh masing-masing hingga tinggallah Rasulullah bersendiri dibawah rindang pohon itu lengkap dengan pedang beliau yang sudah tergantung padanya.

Ketika semua terlelap, tiba-tida terdengar panggilan dari Rasulullah, pasukan pun bergegas menuju tempat berteduh baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Sesampainya di situ, para sahabat dikejutkan dengan sesosok orang Arab Badui yang tak dikenal berada di sisi Rasulullah, singkat cerita, ternyata tadinya Badui tersebut mendapati Rasulullah dalam keadaan terlelap, lalu secara diam-diam ia mencuri pedang Rasul yang tengah tergantung lantas mengeluarkanya dari sarungnya, gerak-gerik itu pun menyadarkan Rasulullah hingga terbangun dari tidurnya dan seketika! Rasulullah dikejutkan dengan  pedang yang telah terhunus dalam genggaman sang Badui yang menghunuskan pedangnya di hadapan Rasulullah.

Detik itu, hanya Badui dan Rasulullah yang saling berhadapan, Badui itu lantas berkata seakan mengancam Rasulullah beserta pedang yang ada dalam genggamanya, “Siapa yang mampu melindungimu dari perbuatanku?”, tak gentar dengan ancaman sang Badui, Rasulullah menjawab dengan penuh keyakinan, “Allah!!!”, jawaban singkat itu ternyata cukup berarti bagi sang Badui hingga ia pun kembali menyarungkan pedang tersebut kemudian duduk di sisi Rasulullah, dan Rasulullah tidak memberikan sanksi apa pun kepadanya.

Demikianlah sahabat Jabir Bin Abdillah mengisahkan pengalamannya bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari No. 4134 dan imam-imam lainnya.

Hanya menggantungkan harapan kepada Allah, dan yakin kepada-Nya, itulah kesimpulan hebat yang bisa kita petik dari akhir kisah di atas, kualitas jawaban singkat Rasulullah itu ternyata cukup menggentarkan tekad sang Badui, hal itu bukanlah karena sekedar kata “Allah” yang keluar dari mulut Rasulullah namun karena keyakinan besar di hati yang melandasi ucapan tersebut, hingga dengannya Allah membuat gentar hati sang Badui lantas kembali memasukkan pedang ke sarungnya, dan itu bukanlah hal yang sulit bagi Allah karena Dia-lah yang mengendalikan hati-hati seluruh hamba.

Dan memang begitulah Rasulullah mendidik umatnya, agar mereka selalu bertawakal hanya kepada Allah, sebagaimana wasiat beliau kepada Ibnu Abbas,

إذا سألت فاسأل الله، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فاسْتَعِنْ باللَّهِ

Artinya: "Jika engkau hendak meminta, mintalah hanya kepada Allah, dan jika kamu membutuhkan pertolongan, mintalah pertolongan hanya kepada Allah." (HR. at-Tirmidzi)

Dan demikianlah seruan Allah kepada para hamba-Nya di banyak ayat di dalam Alquran agar mereka senantiasa hanya menggantungkan harapan dan bertawakal penuh kepada Allah, bukan kepada makhluk, bahkan ini merupakan sebuah kewajiban yang tidak boleh diselisihi, Allah berfirman,

وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Artinya: "Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya orang beriman bertawakal." (QS. Ali Imran 60)

Demikianlah Allah memerintahkan hamba-Nya untuk melaksanakan hal-hal yang benar nyata memberikan manfaat kepada mereka sendiri, karena hanya Allah satu-satunya yang telah menakdirkan segala yang mudarat dan Dia pula yang Maha Tahu akan penawarnya, Allah berfirman,

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Artinya: "Dan jika Allah menimpakan kepadamu kemudaratan maka tak ada satupun dzat yang dapat menghilangkan kemudaratan tersebut melainkan Dia, dan jika Allah menginginkan kebaikan padamu maka tidak ada yang mampu menolak karunia-Nya, Ia berikan kepada yang Ia kehendaki dari kalangan para hamba-Nya, dan Dialah dzat yang Maha Pengampun lagi Penyayang." (QS. Yunus 107)

Dan Rasulullah bersabda,

واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك، ولو اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك، رُفِعت الأقلام وجفت الصحف

Artinya: "Dan ketahuilah, seandainya seluruh umat ini berkumpul untuk memberikan sebuah manfaat kepadamu, pasti mereka tidak akan mampu memberikan manfaat sekecil apa pun melainkan apa yang telah dikehendaki oleh Allah, dan begitu pula andaikan mereka berkumpul dan bersepakat untuk memudaratkanmu, maka pasti mereka tidak akan mampu memberikan mudarat sekecil apa pun kepadamu melainkan apa yang memang Allah sudah takdirkan akan menimpamu, pena sudah diangkat, dan lembaran telah mengering." (Di-shahih-kan Syaikh al-Albani, lihat Shahih at-Tirmidzi No. 2516)

Diantara manfaat yang didapat seorang hamba ketika bertawakal dan menggantungkan hatinya hanya kepada Allah,

1. Mendapat jaminan kecukupan dan penjagaan dari Allah, sebagaimana janji-Nya di dalam ayat yang mulia,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Artinya: "Dan siapa saja yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan memberi kecukupan padanya". (QS. at-Thalaq 3)

Dan hadis di atas adalah bukti nyata akan kebenaran janji Allah yang akan mencukupkan siapa saja yang menggantungkan hati hanya kepada-Nya, hingga Rasulullah tak merasa gentar sedikit pun dengan tantangan Badui beserta pedang yang digenggamnya, walaupun beliau sedang seorang diri dan tak memiliki senjata apa-apa untuk membela diri, namun Allah yang menguasai hati membuat sang Badui tadi mengurungkan niatnya.

2. Mukmin yang terbiasa hanya menggantungkan hati dan segala perkaranya kepada Sang Pencipta akan menjadi orang yang mulia lagi istimewa di mata orang di sekitarnya, karena tak bisa dipungkiri hutang budi kepada orang lain membuat kadar kehormatan dan kebebasan seseorang sedikit “ter-usik” di hadapan orang yang telah berjasa kepadanya, sebagaimana yang dikatakan oleh pepatah Arab,

مَنْ رَزَقَكَ فَقَدْ اسْتَعْبَدَكَ

"Siapa pun yang memberi rezeki padamu maka sungguh ia telah memperbudakmu".

Berkata Hasan al-Bashri,

لَا تَزَالُ كَرِيمًا عَلَى النَّاسِ - أَوْ لَا يَزَالُ النَّاسُ يُكْرِمُونَكَ مَا لَمْ تُعَاطِ مَا فِي أَيْدِيهِمْ، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ اسْتَخَفُّوا بِكَ، وَكَرِهُوا حَدِيثَكَ وَأَبْغَضُوك

Artinya: "Kehormatanmu akan terus terjaga di mata manusia selama kamu tidak terbiasa mengambil apa yang ada di tangan mereka, namun jika kamu lakukan itu, mereka akan menganggap remeh kamu, membenci ucapanmu dan dirimu." (Hilyatul Auliya’ 4/20)

Rasa hutang budi yang manusiawi itu sedikit banyak kadang menurunkan kewibawaan seseorang di mata manusia, maka dari itu malaikat Jibril pernah berwasiat kepada Nabi Muhammad,

واعلم أن شرف المؤمن قيام الليل، وعزَّه استغناؤه عن الناس

Artinya: "Dan ketahuilah (wahai Muhammad), kemuliaan seorang mukmin adalah dengan tegak beribadah di malam hari, dan kehormatanya adalah ketika ia tidak bergantung pada manusia." (HR. at-Thabrani, al-Hakim dan yang lainnya, lihat Silsilah as-Shahihah karya Syaikh al-Albani No. 831)

Maka sudah menjadi sebuah keharusan bagi seorang mukmin untuk membiasakan dirinya agar hanya bergantung kepada Allah dan tidak bergantung pada makhluk, dan pembiasaan ini membutuhkan usaha, Rasulullah bersabda,

وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ

Artinya: "Dan barangsiapa yang berusaha menjaga kehormatanya, niscaya Allah akan menjaganya, siapa yang berusaha untuk merasa cukup, maka Allah akan memberikan kecukupan padanya, dan siapa yang berusaha untuk bersabar maka Allah akan jadikan ia orang yang bersabar, dan tidaklah seseorang memperoleh sesuatu yang lebih baik dan lebih luas dibandingkan kesabaran." (HR. Bukhari, 1469)

Dan tidak lupa kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita hamba-hamba yang merasa cukup dengan Allah, dan hanya menggantungkan hati dan harapan kita hanya kepada-Nya.

Semoga yang sedikit ini mampu memberikan manfaat untuk penulis dan para pembaca, dan sebuah doa yang dipanjatkan oleh Rasulullah shallahu alaihi wasallam menjadi penutup artikel singkat ini,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى، وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ، وَالْغِنَى

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya hamba memohon kepadamu petunjuk, ketakwaan, kehormatan yang terjaga dan rasa cukup." (HR. Muslim No. 2721)


Ditulis oleh Ustadz Iqbal Abu Hisyam -hafidzahullah- 
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini