Literatur Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Ilmu dan Dakwah


Literatur yang dipakai ulama’dakwah adalah,

1. Al-Quranul Karim, kemudian tafsir-tafsirnya yang dipakai sandaran

2. Assunnah Nabawiyyah dan keterangan-keterangannya

3. Kitab Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah  dan muridnya yakni Ibnul Qayyim, juga kitab selainnya dalam semua bidang

4. Kitab empat mazhab, khususnya mazhab Hambali dan selainnya yang kuat berdasarkan dalil. Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata, “Adapun orang-orang di masa belakangan­­­-semoga Allah merahmati mereka-kami memiliki kitab-kitab mereka, kami beramal dengannya yang sesuai dalil, yang tidak sesuai dalil, maka tidak beramal dengannya (Ad-Durar as-Saniyyah, 65/1).

Syekh Abdullah bin Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab Berkata (Ad-Durar as- Saniyyah, 126/1),

“Madzhab kami dalam usuluddin (pokok pokok agama) adalah ahlussunnah wal jama’ah dan jalan kami adalah jalanya para salafus shalih. Kami menetapkan ayat-ayat setra hadist tentang sifat sesuai dhahir-nya.

Dalam masalah cabang-cabang perkara agama, kami juga di atas mazhab Iman Ahmad bin Hambal.

Kami tidak mengingkara seseorang yang taklid terhadap satu dari empat imam mazhab tersebut.

Kami tidak memiliki tingkatan ijtihad secara mutlak dan tidak satu orang pun di hadapan kami yang mengklaimnya. Kecuali dalam sebagian masalah, jika dia memiliki dalil yang shahih dan jelas bagi kami yang bersumber dari kitab atau sunnah, ia tidak di-mansukh (tidak dihapus hukumnya), tidak dikhususkan hukumnya dengan dalil tertentu, tidak berlawanan dengan dalil yang kuat, serta salah seorang empat imam berpendapat dengannya, maka kami berpendapat dengannya dan meninggalkan pendapat mazhabnya.

Seperti apabila kakek mewarisi harta warisan bersama beberapa saudaranya, maka kami mendahulukan warisan kakek, meskipun dia bertentangan dengan mazhab Hambali.

Tidak melarang berijtihad dalam sebagian masalah tanpa sebagian lainnya. Hal ini tidak ada pertentangan karena mengklaim berijtihad.

Telah lewat dengan penghimpunan pendapat-pendapat pilihan dari imam mazhab dalam sebagian masaalah, yang berbeda dengan mazhab-mazhab yang mengharuskan orang untuk taqlid kepada mazhab tersebut.

Kemudian dalam memahami Alquran, kami dibantu dengan membaca tafsir-tafsir populer yang diakui.

Tafsir yang paling agung bagi kami adalah tafsir Ibnu Jarir dan ringkasannya karya Ibnu Katsir as-Syafi’i, kemudian tafsir al-Baghawy, al-Baidhawi, al-Khazin, al-Hadad, al-Jalalain dan lainnya.

Untuk membaca hadis, kami membaca syarah imam-imam yang menonjol. Seperti syarah al-Asqalany dan al-Qasthalay atas Shahih Bukhari, syarah an-Nawawi atas Shahih Muslim serta al-Munawy atas Jumi’us Shagir.

Kami bersemangat mengambil faedah dari kitab-kitab hadis, khususnya kitab induk yang enam dan syarah-nya.

Kami memperhatikan semua kitab dalam segala bidang pelajaran, baik terkait dengan masalah-masalah pokok (ushul) maupun cabang-cabangnya (furu’), kaidah-kaidah, sirah (perjalanan Nabi dan sahabat), nahwu, sharaf serta semua ilmu-ilmu umat.

Demikianlah di sisi kami Imam Ibnul Qayyim dan gurunya adalah benar-benar imam ahlus sunnah. Kitab-kitab mereka menurut kami adalah kitab yang sangat mulia.

Hanya saja aku bukan seorang yang taqlid kepada keduanya dalam setiap masalah, karena Muhammad shallallahualaihi wasallam.

Seperti yang telah diketahui perbedaan kami dengan keduanya dalam beberapa masalah. Diantaranya talak tiga dan lafaz satu dalam satu majelis, maka pendapat kami mengikuti empat imam.”

Disadur dengan beberapa penyesuaian dari Min 'Alaamil Mujaddidin karya Syaikh Shalih Fauzan -hafizahullah- .









Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini