Agar Isterimu Tetap Paling Mulia dan Memesona
Saudaraku yang
mulia, sebuah sabda dari Rasulullah shallallahu
`alaihi wasallam, memberikan gambaran yang cukup indah tentang perhiasan
terbaik dalam kehidupan dunia ini. Beliau menyatakan:
"Dunia ini merupakan perhiasan yang
sementara, dan sebaik-sebaik perhiasan
dunia adalah Wanita Shalehah".
[HR. Imam Muslim, dari Abdullah Bin 'Amr, No. 1467].
Dan tentu, Istri
shalihah yang telah Allah anugerahkan kepada kita memanglah merupakan perhiasan
terindah di dunia yang fana ini.
Maka, sebagaimana
layaknya sebuah perhiasan yang pada lazimnya senantiasa termuliakan, begitu
pula para wanita shalihah, merupakan ciptaan Allah yang amat mulia dan sudah
seharusnya kita muliakan.
Allah ta`ala berfirman:
"Dan bergaul-lah dengan mereka (isteri-isteri
kalian) dengan cara yang ma' ruf (patut/baik)”. [QS. An-Nisa`:19].
Begitupun sabda
rasulullah:
"Saling berwasiatlah tentang para wanita
dengan kebaikan”. Sebab, wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok.
Dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah pangkalnya. jika engkau
mencoba (paksa) untuk meluruskannya, maka ia akan patah, namun bila engkau
biarkan, maka tentu ia akan tetap bengkok. Untuk itu, saling berwasiatlah
sesama kalian terhadap para wanita dengan kebaikan". [HR. Al-Imam Bukhari No. 3331 dan Al-Imam
Muslim, No. 1468].
Berkata Imam
An-Nawawi –rahimahullah-:
"Pada hadis
tersebut, ada anjuran agar (kaum lelaki)
berlemah-lembut dan berbuat baik kepada kaum wanita, serta bersabar atas kekurangan akhlak mereka,
dan bersabar atas kurangnya akal mereka.
Janganlah
menceraikan mereka tanpa sebab (syar'i, -pent) dan agar pula tidak tergesa-gesa
dalam meluruskan mereka". [lihat: Syarah Shahih Muslim, Karya An-Nawawi, No.
hadis: 1468].
Sebagai implementasi dari amanat ayat-ayat dan
hadis di atas, maka saya ingin mencoba untuk menyebutkan beberapa hal terkait
dengan pemuliaan terhadap para wanita. Terkhusus, tentang bagaimana caranya,
agar isteri kita selalu terlihat "Memesona dan Mulia" di mata kita
kaum suami.
Berikut ini
beberapa rangkaiannya saya sajikan secara ringkas :
1.
Bersyukur kepada Allah atas (nikmat) Isteri
yang telah Allah berikan kepada kita;
"Dan ingatlah, tatkala Tuhanmu memaklumatkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih". [QS. 14:7].
Betapa banyak
lelaki di luar sana yang sampai hari ini belum Allah anugerahkan kepada mereka
seorang isteri yang mendampingi, menyejukkan, dan membuat mereka tenteram dalam
kehidupan di dunia ini. Dan yang namanya nikmat itu, sekecil apa pun tetaplah
harus disyukuri.
2.
Menundukkan pandangan mata dari wanita lain
yang haram untuk dilihat;
Allah ta'ala berfirman:
"Katakanlah kepada laki-laki yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Dan katakanlah kepada wanita
yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya" [QS. An-Nur: 30-31].
Nabi bersabda:
"Janganlah
engkau ikutkan pandangan pertama dengan pandangan yang lain (berikutnya),
sesungguhnya bagimu pandangan yang pertama, (namun) tidak pandangan yang
lainnya (berikutnya)." [HR. Al-Imam Abu Daud No. 2149 dan Al-Imam Tirmidzi
No. 2777].
Berkata Al-Imam
Ibnul Qoyyim –rahimahullah-:
"Dan
pandangan itu merupakan sumber segala maksiat yang menimpa seorang insan.
Karena dari pandangan akan lahir bisikan jiwa, karena bisikan jiwa lahirnya
pikiran, dari sebuah pikiran akan lahirnya syahwat, kemudian dari syahwat
menjadi hasrat, kemudian hasrat tersebut menguat hingga menjadi sebuah tekad,
dan tatkala sudah menjadi sebuah tekad,
maka pasti dia akan melakukannya selama tidak ada yang menghalanginya”.
Berkata Penyair
Arab:
"Seluruh
maksiat itu bersumber dari pandangan,
dan
mayoritas penghuni api neraka itu adalah mereka yang suka meremehkan dosa,
sungguh
betapa banyak kerusakan dibuat oleh pandangan bagi sebuah hati,
sebagaimana
kerusakan yang ditimbulkan anak panah yang keluar dari busurnya”.
[lihat: Ad-Daa`u Wad-Dawa', Karya Ibnul Qayyim].
Dan sebagian
Ulama Menyatakan :
"Sesungguhnya
bersabar menahan diri dari bermaksiat kepada Allah itu lebih ringan daripada
bersabar terhadap azab Allah".
Maka saudaraku
yang mulia, setiap kali engkau memandang yang haram, hendaknya setiap itulah
engkau bayangkan akan azabnya api neraka. Suatu hari yang di dalamnya bagaikan
lima puluh ribu tahun di dunia. Mampu kah engkau menahannya?!
Sejatinya, suka
memandang suatu pandangan yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya adalah hanya
menyiksa dirinya sendiri saja, oleh sebab ia tak akan mampu melampiaskan syahwatnya
terhadap tiap apa saja yang ia pandang.
Oleh karena
itu, sebagian ulama berkata:
"Sungguh
bersabar menahan pandangan itu lebih mudah/ringan daripada bersabar menahan
syahwat setelah memandang".
3.
Mengingat akan kebaikan isteri tatkala hadir
darinya kekurangan;
Nabi bersabda:
"Janganlah seorang mukmin (suami, -pent)
membenci wanita mukminah (isterinya,-pent), jika dia membenci salah satu perangainya,
niscaya dia akan rida dengan perangainya yang lain." [HR. Imam Muslim, No. 1469].
4.
Introspeksi atas kekurangan diri sendiri;
Nabi bersabda:
"Terkadang di antara kalian itu bisa
melihat kotoran kecil di mata saudaranya, namun (sangat disayangkan, -pent) dia
lupa akan batang pohon di depan matanya (kotoran yg lebih besar di matanya)".
[Silsilah Shahihah No. 33]
Berkata penyair
Arab:
“Sungguh
buruk perangai seorang insan, lupa akan kekurangannya,
namun
selalu ingat akan kekurangan saudaranya yang tertanam,
kalaulah
ia berakal, tentu tidak akan merendahkan orang lain dengan suatu kekurangan,
sedangkan
pada dirinya (cukup) banyak kekurangan,
andai
saja ia berpikir, sungguh telah cukup.”
Dan jikalah kita
mau jujur, maka sungguh kebaikan atau kelebihan isteri kita itu barangkali
lebih banyak dari kekurangan atau kekhilafannya. Juga, seandainya seorang suami
insaf dalam menilai dirinya, niscaya
akan ia dapatkan kekurangan dan kekhilafannya tidak kalah banyak atau lebih sering
ketimbang kekurangan dan kekhilafan Isterinya.
5.
Melihat kepada orang di bawahmu dalam hal kesempurnaan
Isteri;
Karena Nabi
bersabda:
"(dalam
perkara dunia, -pent) Lihatlah kepada yang di bawah kalian, dan janganlah
melihat kepada yang di atas kalian, agar kalian tidak merendahkan nikmat Allah
atas kalian". [HR. Al-Bukhari No. 6490 dan Al-Imam Muslim No. 2963]
Catatan:
Jikalau engkau sudi
melihat kepada orang di sekitarmu, maka niscaya engkau akan mendapati para
lelaki yang mungkin lebih sempurna darimu baik dari sisi dunia ataukah
agamanya, namun tidaklah isterinya lebih sempurna daripada isterimu.
6. Tidak menilainya dari sisi duniawi saja;
Jadikanlah
kelebihan dalam hal agama sebagai sesuatu yang utama dan pertama dalam menilai
atau memandang mulia atau tidaknya isterimu. Bisa jadi wanita yang engkau
pandang di luar sana yang lebih cantik dan sempurna di matamu daripada isterimu,
namun tidaklah sebaik isterimu dari sisi ketaatan kepada Allah, ilmu agama, dan
akhlaknya.
Dan sungguh, perkara
akhirat itu tidak akan pernah layak dibandingkan dengan perkara duniawi.
Semoga bermanfaat.
[Ditulis Oleh:
Al-Ustadz Farhan Abu Furaihan, Pembina Radio Syiar Tauhid Aceh –hafizhahullah-]
Labels
akhlaq dan nasehat
Post A Comment
No comments :