Menginsafi Kebertetapan Rezeki



Berkata Al-Munawi dalam kitab “Faidhul Qadir”, rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
((لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ هَرَبَ مِنْ رِزْقِهِ كَمَا يَهَرَبُ مِنَ الْمَوْتِ؛ لَأَدْرَكَهُ رِزْقُهُ كَمَا يُدْرِكُهُ الْمَوْتُ))

"Andaikan seorang anak Adam berlari berusaha menghindar dari rezekinya seperti ia lari menghindar dari kematian, sungguh rezeki tersebut pasti akan mendatangi dirinya sebagaimana kematian pasti akan menimpanya." [Silsilah As-shahihah Syaikh Al-albani No. 952].

Itu semua karena Allah ta'ala memang telah menjamin rezeki untuk setiap hamba, sebagaimana dalam firmannya :
(وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا)

"Dan tidak ada satu pun makhluk melata di atas muka bumi ini melainkan Allah yang menjamin rezekinya". (QS. Hud: 6)

Bukan hanya menjadi penjamin, bahkan Allah bersumpah untuk hal tersebut di dalam firmannya :
(وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ * فَوَرَبِّ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنْطِقُونَ)

"Dan di langit itu terdapat rezeki kalian dan segala hal yg dijanjikan untuk kalian, maka demi Rabb langit dan bumi, sungguh hal yg dijanjikan itu adalah kebenaran yang pasti terjadi seperti perkataan yang kamu ucapkan. (QS. Ad-dzariyat: 22-23)


Lebih dari itu, Allah bahkan menegaskan hal ini dengan memerintahkan kita agar bertawakkal, sebagaimana dalam firmanya :
(وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ) 

"Dan bertawakkal-lah kalian kepada Yang Maha Hidup yang tidak akan mati". (QS. Al-Furqan: 58)

Maka jika hati seseorang masih belum merasa tenang dengan jaminan yang Allah ta`ala berikan, dan belum merasa puas dengan sumpah yg telah Allah ucapkan dan masih tidak peduli akan janji dan peringatan yang Allah tegaskan, maka dipastikan orang tersebut termasuk dari kaum yang celaka, berkata Al-Hasan Al-Bashri :
لعن الله أقواما أقسم لهم ربهم فلم يصدقوه 

"Allah melaknat kaum yang tidak percaya pada sumpah Tuhan-nya."

Haram bin Hayyan berkata kepada Ibnu Adham:
أين تأمرني أن أقيم

"Dimana aku harus menetap?"

Ibnu Adham lalu menjawab dengan isyarat tanganya ke arah Syam. Haram bin Adham lanjut bertanya:
وكيف المعيشة فيها

Bagaimana masalah kebutuhan hidup di sana?

Ibnu Adham menjawab:

أُفٍّ ،لهذه القلوب لقد خالطها الشك فما تنفعها الموعظة 

"Ah! (celakalah) hati yang telah dipenuhi dengan keraguan hingga membuatnya tidak lagi mampu mengambil manfaat dari nasihat."

[Dikutip & diterjemahkan dengan beberapa penyesuaian dari kitab Faidhul Qadiir , hal:305/5]

Oleh  Iqbal Abu Hisyam (hafidzahullah), murid dari Asy-Syeikh Muhammad Al-Imam (hafidzahullah).
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini