Agar Bermawas Diri dari Hadits Lemah



Berkata Al-Imam Abdurrahman Bin Mahdi (guru Imam Ahmad bin Hanbal) : 

لأن أعرف علة حديث  هو عندي • أحب إليّ من أن أكتب حديثاً ليس عندي
Artinya: pengetahuanku akan cacatnya hadis yang ada bersamaku lebih aku sukai daripada menuliskan hadis baru yang tidak aku miliki.


Begitulah sekilas gambaran kesungguhan para ulama terdahulu untuk mengetahui hadis-hadis yang dinilai dho`if agar mereka berhati-hati terhadapnya dan memperingatkan manusia agar tidak tertipu dengan hadis-hadis tersebut sehingga mereka beramal dengan isi yang ada di dalamnya. Sebab, sebagaimana ucapan seorang penyair arab :
 

 عرفت الشر لا للشر لكن لتوقيه ...ومن لا يعرف الشر من الخير يقع فيه
Aku mengetahui kejelekan bukan untuk melaksanakannya, akan tetapi untuk berhati-hati darinya. Dan siapa yang tidak mampu membedakan kejelekan dari kebenaran dia akan terjerumus padanya (kejelekan tersebut).


Para ulama di bidang ini menjelaskan bahwa hadis dho’if/mardud adalah hadis yang lemah dan tertolak karena tidak terkumpul padanya syarat-syarat diterimanya hadis yang telah dirinci di dalam ilmu hadis. Bisa disimpulkan bahwa hadis yang dihukumi sebagai hadis dho’if (lemah) adalah hadis yang tidak benar penisbatannya kepada rasulullah `alaihissalam. Maka ikut andil dalam penyebaran hadis-hadis ini, sama artinya dengan ikut serta dalam penyebaran kedustaan atas nama Nabi Muhammad, dan beliau telah mengingatkan dalam sabdanya yang mutawatir:


 من كذب عليّ متعمدا فليتبوّأ مقعده من النار
Artinya : Siapa saja yang sengaja berdusta atas namaku maka hendaknya dia menyiapkan bangkunya nanti dineraka.


Syeikh Al-Albani berkomentar di dalam mukaddimah kitab Silsilah Al-Hadits Ad-Dho’ifah untuk orang yang tidak secara langsung terlibat dalam membuat kedustaan atas nama Rasulullah namun hanya sebagai yang ikut andil dalam penyebarannya:

وإن لم يتعمدوا الكذب مباشرة، فقد ارتكبوه تبعاً، لنقلهم الأحاديث التي يقفون عليها جميعها، وهم يعلمون أن فيها ما هو ضعيف وما هو مكذوب قطعاً
Artinya : Bahkan walaupun mereka tidak menyengaja untuk ikut terlibat langsung membuat kedustaan atas nama Rasulullah `alaihissalam, namun mereka tetap dianggap melakukan kedustaan tersebut sebagai pengikut-pengikut di dalamnya. Karena turut sertanya mereka dalam penyebarannya padahal mereka mengetahui bahwa di antara hadis-hadis tersebut ada yang lemah bahkan ada yang bisa dipastikan kedustaannya.


Al-Imam Ibnu Hibban -rahimahullah- membuat bab khusus akan bahaya hal ini dalam kitab Shahihnya halaman 27:


“Pasal: Wajibya neraka bagi siapa saja yang menisbatkan sesuatu kepada Rasulullah dalam keadaan dia tidak mengetahui keabsahanya."

Kemudian beliau membawakan hadits dari Abu Hurairah, bahwa rasulullah bersabda:


من قال علي مالم أقل فليتبوّأ مقعده من النار
Siapa yang berkata atas namaku sesuatu yang tidak aku ucapkan maka hendaknya dia menyiapkan tempat duduknya nanti di neraka.”


 Juga Rasulullah bersabda :
إن كذباً علي ليس ككذب على أحد ، فمن كذب عليّ متعمداً فليتبوّأ مقعده من النار
Artinya : sesungguhnya sebuah kedustaan atas namaku tidaklah sama seperti kedustaan atas nama org lain, karena siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaknya dia menyiapkan bangkunya nanti di neraka. (HR. Muslim)


Tentu saja, sebab, apa yang dinisbatkan pada Rasulullah menjadi bagian dari agama, dan kedustaan dalam hal itu berarti membuat kedustaan dalam agama, membuat syari`at baru yang sebenarnya tidak ada. Terlebih jika dalam hadits tersebut terdapat sesuatu yang menjurus pada meyakini kehalalan apa yang Allah telah haramkan, atau mengharamkan apa yang Allah telah telah halalkan, Allah berfirman :

‎ وَلاَ تَقُولُواْ لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلاَلٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُواْ عَلَى اللّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللّهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ.
Artinya: dan janganlah berucap dengan lisan dusta kalian bahwa ini halal dan ini haram agar kalian berbuat kedustaan atas nama Allah ,sungguh orang berbuat kedustaan atas nama Allah tidak akan beruntung (QS. An-Nahl: 116).

Dikutip dan diterjemahkan dari Muqaddimah & Tamhid kitab Silsilah Al-Ahadits Ad-Dho’ifah wal Maudhu’ah karya Syeikh Al-Albani dengan sedikit tambahan dan penyesuaian.



Oleh Iqbal Abu Hisyam (hafidzahullah), murid dari Syeikh Muhammad Al-Imam (hafidzahullah).
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini