Jangan Asal Forward!







Sering kita dapati suatu berita yang isinya seolah-olah penting sekali dan minta untuk disebarkan ke yang lain, padahal berita tersebut belum diperiksa dengan seksama. Tidak sedikit di antaranya yang ternyata hoax dan tanpa bukti. Fenomena ini lazim terjadi di era modern dimana komunikasi data bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Blackberry dengan layanan Broadcast-nya, e-mail dengan fasilitas Forward-nya, Facebook dengan fasilitas Share & Link, Twitter dengan retweet-nya, semua itu bisa dilakukan just by single click, lalu tersebarlah ke semua orang.
Tak ayal kebiasaan semacam ini kerap menimbulkan kepanikan dan ketakutan di masyarakat, persis seperti yang digambarkan dalam firman Allah,
    وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
Jika datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka tentulah orang yang ingin mengetahui kebenarannya akan dapat mengetahuinya dari mereka. Kalau tidak karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian niscaya kalian akan mengikuti syaithan kecuali sebagian kecil. (QS. An-Nisa’: 83)
Imam Ibnu Katsir berkata mengenai ayat ini,
إنكار على من يبادر إلى الأمور قبل تحققها، فيخبر بها ويفشيها وينشرها، وقد لا يكون لها صحة

“(Hal ini merupakan) pengingkaran terhadap orang yang tergesa-gesa dalam menanggapi berbagai urusan sebelum meneliti kebenarannya, lalu ia memberitakan dan menyiarkannya, padahal belum tentu hal itu benar.” (2/365, Asy-Syamilah)
Beliau kemudian membawakan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
كفى بالمرء كذبا أن يُحدِّث بكل ما سمع
“Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta apabila ia menceritakan setiap yang ia dengar.” (HR Muslim dalam muqaddimah Shahih beliau)
Maka dari itu, alangkah baiknya kita merenungi apa yang difirmankan Allah dalam Kitab-Nya,
    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
  “Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka telitilah supaya engkau tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al Hujurat: 6)
Beberapa ulama melarang untuk menerima riwayat yang diperoleh dari orang yang tidak diketahui keadaannya karena ada kemungkinan orang tersebut fasik. Lalu bagaimana pula jika pada zaman sekarang kondisinya banyak informasi yang tidak jelas dari mana dia berasal, entah dari orang muslim yang jujur, atau dari orang fasik lagi pembohong, atau dari orang di luar agama ini? Dan telah terbukti pula bahwa media elektronik dan cetak pada masa kini lebih sering mencari sensasi dengan menampilkan berita yang menarik walaupun isinya mengandung kedustaan dan provokasi.
Pada akhirnya, nasehat kami kepada diri kami sendiri dan kaum muslimin, hendaknya sibukkan diri dengan belajar ilmu syar’i serta tidak terlalu sibuk dengan berita-berita yang tidak jelas. Jika mendapatkan pesan berantai, jangan asal forward akan tetapi teliti terlebih dahulu. Lebih baik tidak usah meneruskan karena kita tidak tahu kebenarannya, daripada mendapat predikat pendusta sebagaimana disabdakan Rasulullah di atas. Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan.
Wallahu a’lam.

Ditulis oleh Al-Ustadz Ristiyan Ragil
Artikel mukmin.net
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

1 comment :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini