Zuhudlah terhadap Dunia


Segala puji bagi Allah, aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusannya.
Ketahuilah sesungguhnya di dalam Al-Qur’an kita akan mendapat nasehat, peringatan dan penjelasan bagi manusia tentang akibat buruk yang akan menimpa seseorang jika kita sangat mencintainya (dunia), Allah ta’ala berfirman:
إنما مثل الحياة الدنيا كماء أنزلناه من السماء فاختلط به نبات الأرض مما يأكل الناس والأنعام حتى إذا أخذت الأرض زخرفها وازينت وظن أهلها أنهم قادرون عليها أتاها أمرنا ليلا أو نهارا فجعلناها حصيدا كأن لم تغن بالأمس كذلك نفصل الآيات لقوم يتفكرون   
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya adzab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir. (QS. Yunus: 24)
Dan Allah berfirman:
زين للناس حب الشهوات من النساء والبنين والقناطير المقنطرة من الذهب والفضة والخيل المسومة والأنعام والحرث ذلك متاع الحياة الدنيا والله عنده حسن المآب
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran: 14)
Juga firman-Nya di surat Al-Kahfi:
واضرب لهم مثل الحياة الدنيا كماء أنزلناه من السماء فاختلط به نبات الأرض فأصبح هشيما تذروه الرياح وكان الله على كل شيء مقتدرا
Artinya:
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Kahfi: 45)
Dan juga ayat-ayat lainnya yang sangat banyak menjelaskan hakikat kehidupan dunia. Begitu pula di dalam hadits, Rasulullah juga menjelaskan tentang hal tersebut, beliau bersabda:
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ ، قَالَ : خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَنَحْنُ نَذْكُرُ الْفَقْرَ وَنَتَخَوَّفُهُ ، فَقَالَ : " آلْفَقْرَ تَخَافُونَ ؟ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتُصَبَّنَّ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا صَبًّا حَتَّى لَا يُزِيغَ قَلْبَ أَحَدِ مِنْكُمْ إِزَاغَةً إِلَّا هِيَهْ
Dari Abud Darda’, beliau berkata: Rasulullah –Shalallahu alaihi wa sallam- keluar kepada kami, dan kami menyebutkan kefakiran dan kami khawatir tentangnya, maka beliau berkata: Kefakirankah yang kalian khawatirkan? Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sungguh dunia akan menimpa kalian dengan sekali timpaan sampai tidaklah berpaling hati salah seorang dari kalian dengan sekali keterpalingan melainkan akan menjauh (HR. Ibnu Majah, Bab: Mengikuti Sunnah Rasulullah, No: 5)
Naudzubillah, kita berlindung kepada Allah ta’ala dari sesuatu yang dapat memalingkan hati-hati kita. Begitu pula sabda beliau:
عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الِلَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَال : " الِلَّهِمْ مَنْ آمَنَ بِكَ ، وَشَهِدَ أَنِّي رَسُولُكَ ، فَحَبِّبْ إِلَيْهِ لِقَاءَكَ ، وَسَهِّلْ عَلَيْهِ قَضَاءَكَ ، وَأَقْلِلْ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا ، وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِكَ وَلَمْ يَشْهَدْ أَنِّي رَسُولُكَ ، فَلا تُحَبِّبْ إِلَيْهِ لِقَاءَكَ ، وَلا تُسَهِّلْ عَلَيْهِ قَضَاءَكَ ، وَأَكْثِرْ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا
Dari Fadhalah bin ‘Ubaid, bahwasannya Rasulullah –Shalallahu alaihi wa sallam-bersabda: Ya Allah, barangsiapa yang beriman kepadaMu, dan bersaksi bahwa Aku adalah rasul-Mu, maka akan dijadikan dia mencintai perjumpaan-Mu, dan ketentuan-Nya akan dimudahkan baginya, dan dijadikan oleh-Nya kecil bagian orang tersebut dari dunia. Adapun bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Engkau dan tidak pula bersaksi bahwa aku utusan-Mu, maka akan di jadikan dia tidak menyukai perjumpaan dengan-Mu, dan tidak akan dimudahkan baginya ketentuan-Nya, dan dijadikan oleh-Nya besar bagian orang tersebut dari dunia. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kitabnya No. 208, 210).
Beliau juga bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : " بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا ، وَيُمْسِي كَافِرًا ، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا ، وَيُصْبِحُ كَافِرًا ،
Dan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah –Shalallahu alaihi wa sallam-berkata, “Segeralah beramal (sebelum datang) fitnah-fitnah seperti serpihan malam yang pekat. Seseorang masih beriman pada pagi hari dan menjadi kafir pada sore hari, atau beriman pada sore hari dan menjadi kafir pada pagi hari.
Perhatikanlah, di hadits Abu Hurairah, mengapa seseorang bisa begitu cepat berubah? Di pagi hari dia muslim dan di sore harinya dia kafir, begitu pula di sore hari dia muslim dan di pagi harinya dia kafir. Kenapa hal ini bisa terjadi? Maka Rasul menjawab,
يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
Dia menjual agamanya demi harta benda duniawi.” (HR. Muslim, No. 173, 120)
Bagi orang-orang yang sangat mencintai dunia dan harta, sedangkan mereka mencarinya tanpa memperhatikan rambu-rambu syari’at, maka sangat ditakutkan harta dan dunia tersebut akan membahayakan agamanya bahkan membuat agamanya hilang disebabkan tergiurnya orang itu dengan hal tersebut, wal iyyadzubillah.
Ketahuilah bahwa dunia merupakan sebab seorang hamba akan melupakan Rabbnya, tersibukkan dari ketaatan kepada Allah, dan menumbuhkan permusuhan diantara hamba-hamba Allah. Itulah hakikat dunia jika dia terfitnah olehnya, semoga Allah menjauhkan fitnah tersebut dari kita.
Perhatikanlah kehidupannya para salaf (pendahulu kita dari kalangan orang-orang shalih) kita yang sangat menjauhi dunia dan mempersiapkan diri dari menjemput akhirat dan hanya berharap sesuatu yang ada di sisi Allah. Mereka senantiasa memperingatkan manusia akan bahayanya kehidupan dunia. Maka simaklah sepenggal kisah kehidupan dan perkataan mereka, semoga Allah menjadikannya sebagai pelajaran yang bermanfaat bagi kita.
Inilah Abdurrahman bin ‘Auf yang dikisahkan dalam kitab Shahih Ibnu Hibban:
عَنْ سَعْدِ بْنِ إِِبْرَاهِيمَ ، قَالَ : سَمِعْتُ أَبِي ، يَقُولُ : " أُتِيَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ وَكَانَ صَائِمًا بِطَعَامٍ فَجَعَلَ يَبْكِي ، فَقَالَ : قُتِلَ حَمْزَةُ فَلَمْ يُوجَدْ مَا يُكَفَّنُ فِيهِ إِِلا ثَوْبٌ وَاحِدٌ ، وَقُتِلَ مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ فَلَمْ يُوجَدْ مَا يُكَفَّنُ فِيهِ إِِلا ثَوْبٌ وَاحِدٌ ، وَلَقَدْ خَشِيتُ أَنْ تَكُونَ قَدْ عُجِّلَتْ طَيِّبَاتُنَا فِي حَيَاتِنَا الدُّنْيَا " ، قَالَ : وَجَعَلَ يَبْكِي .
Dari Sa’ad dari ayahnya ia berkata: “Pada suatu hari ('Abdurrahman bin 'Auf) dihidangkan makanan kepadanya untuk berbuka puasa kemudian dia menangis, lalu ia berkata, “Mus'ab bin Umair telah terbunuh. Ia adalah orang yang lebih baik dariku, namun saat (hendak dikafani) tidak ada kain kafan yang bisa membungkusnya kecuali hanyalah burdah (kain bergaris). Dan Hamzah terbunuh atau orang lain yang lebih baik dariku lalu tidak ada kain yang bisa dijadikan kafan untuknya kecuali burdah. Aku khawatir jika kebaikan-kebakan kita disegerakan didunia ini.” Lalu ia mulai menangis.”
Dan juga Umar bin Khattab -radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Jika telah tumbuh keinginan dunia dalam hati seseorang maka akan tertumpah darah dan akan terputus silaturrahim.”
Ketahuilah bahwa dunia termasuk sebab perselisihan di antara manusia, begitu pula kedzaliman, permusuhan, ketergesa-gesaan, terhalangnya hak-hak orang lain, dan yang semisal dengan ini disebabkan bahayanya keinginan akan dunia. Maka jika telah tumbuh pada diri seseorang perkara-perkara dunia hendaknya dia segera mencoba untuk mengobati penyakit hati tersebut.
Berkata Al-Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah- dalam kitab Al-Fawaid:
الدنيا جيفة، والأسد لا يقف على الجيف.
Dunia itu bangkai, dan Singa tidak berhenti di dekat bangkai.
Maka sepantasnya bagi kita untuk tidak menyukai dunia, tidak mengantungkan hati kita kepada dunia tersebut, dan tidak pula hati kita terlalu di sibukkan dengan dunia.
Abu Nu’aim meriwayatkan di kitabnya Al-Hilyah dan begitu pula Al-Baihaqi dari Al-Hasan Al-Bashri -rahimahullah-, beliau berkata, “Demi Allah, tidaklah seseorang mengagungkan dinar dan dirham, melainkan Allah akan menghinakan dia.”
Perhatikanlah kalimat Al-Hasan, barangsiapa yang tergiur dengan dunia akan terhinakan. Jadikanlah dunia itu di bawah telapak kakimu, meskipun engkau akan melihat begitu banyak manusia menjadikan dunia singgah dan kemudian menetap di dalam hatinya, wal ‘iyadzubillah. Maka seseorang yang mencari kemuliaan tidak akan membiarkan dirinya terjerembab dalam kehinaan dunia.
Berkata pula Al-Hasan Al-Basri -rahimahullah-: “Tidaklah dibukanya suatu pintu dari pintu-pintu dunia melainkan akan dibuka pintu yang sangat buruk dari pintu-pintu fitnah.”
Dan disebutkan pula bahwa termasuk hal yang paling buruk adalah mencari dunia dengan mengunakan amalan akhirat. Dan begitu banyak manusia mencari dunia dengan menjual agamanya. Maka orang-orang seperti ini adalah orang yang paling berdosa, yang paling jauh dari Allah yang mana orang tersebut menjadikan perantara agamanya dalam perkara dunia.
Oleh sebab itu kita sangat membutuhkan peringatan tentang bahayanya dunia dan menjauh dari perkara-perkara yang dapat memalingkan kita dari akhirat.
Bersyukurlah terhadap sesuatu yang bermanfaat yang telah Allah karuniakan kepada kita dan dari ilmu yang telah Dia karuniakan. Begitu pula kita bersyukur kepada-Nya terhadap waktu yang bermanfaat yang telah Dia berikan.
Hendaknya kita camkan baik-baik sabda Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam-:
من كانت الدنيا همه فرق الله شمله”. و في لفظه, “أمره, و جعل فقره بين عينيه, و لم يأته من الدنيا إلا ما كتب له, و من كانت الأخرة نيته جمع الله له أمره و جعل غناه في قلبه و أتته الدنيا و هي راغمة
“Barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kefakiran ada di hadapannya, padahal ia tidak akan mendapatkan dunia kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuknya. Dan barangsiapa menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan menghimpun urusannya dan akan menjadikan kekayaan (rasa cukup) di hatinya, dan dia akan melihat harta dunia dalam keadaan rendah.” (HR. Ibnu Majah dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah)
Perhatikanlah, dunia pada hakikatnya adalah milik orang-orang yang berilmu, orang-orang zuhud, yang mengenal Rabbnya dan tempat kembalinya. Adapun bagi orang yang lalai dan hatinya terpenuhi akan dunia maka hakikatnya dunia tersebut adalah musuh baginya.
Apakah engkau tidak ridha, bagi seorang muslim yang berakal terkhusus para penuntut ilmu, dengan akhirat? Apakah mereka tidak ridha dengan harta yang halal dan thayyib (baik) bagi mereka? Jangan seseorang itu tertipu dengan bagian dunia sedangkan dia mendapatkannya dengan menyelisihi perintah Allah.
Ketahuilah bahwa dunia didapatkan dengan ketaatan kepada Allah. Inilah kebaikan dunia yang akan didapatkan oleh seseorang dengan belajar ilmu syar’i, belajar dan mengajar berupa kelapangan hati dan sifat qana’ah dari para guru dan penuntut ilmu. Maka carilah kebaikan dari hakikat dunia itu dan janganlah engkau tertipu dengannya.
Kita meminta kepada Allah kesalamatan dari fitnah yang terlihat maupun yang tersembunyi. Kita meminta keselamatan dalam menyikapi fitnah dunia.
Di sadur dan di ringkas pada muhadharah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdillah Al-Imam pada tanggal 13 Rajab 1437 H dengan judul “Az-Zuhd fid dunya” (Zuhud Kepada Dunia) dengan sedikit perubahan dan penyesuaian.


Akhukum Asqar Quraisy, ST
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini