Tiga Pilar Sentral dalam Ibadah



TIGA PILAR SENTRAL DALAM IBADAH



Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar sentral, yaitu: hubb (cinta), khauf (takut) dan raja` (harapan).
Rasa cinta harus dibarengi dengan sikap rasa rendah diri, sedangkan khauf dibarengi dengan raja`. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah subhanahu wata`ala berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang mukmin:
يُحِبُّہُمۡ وَيُحِبُّونَهُ
“...Dia mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya...” (Al-Maidah:54)

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّه
“...Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah...”. (Al-Baqarah:165)

Dia berfirman menyifati para rasul dan nabi-Nya:
إِنَّهُمۡ ڪَانُواْ يُسَـٰرِعُونَ فِى ٱلۡخَيۡرَٲتِ وَيَدۡعُونَنَا رَغَبً۬ا وَرَهَبً۬ا‌ۖ وَڪَانُواْ لَنَا خَـٰشِعِينَ

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu` kepada kami.” (Al-Anbiya`: 90)

Sebagian salaf berkata: “Siapa yang menyembah Allah dengan rasa hubb (cinta) saja maka ia zindiq. Dan siapa yang menyembah-Nya dengan raja` (harapan) saja maka ia adalah murji`. Dan siapa yang menyembah-Nya hanya dengan khauf (takut) saja, maka ia adalah haruriy (khawarij). Siapa yang menyembah-Nya dengan hubb, khauf dan raja` maka ia adalah mukmin muwwahid.” Hal ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Risalah Ubudiyyah. Beliau juga berkata:
Dien Allah adalah menyembah-Nya, taat dan tunduk kepada-Nya. Asal makna ibadah adalah adz-dzull (hina). Dikatakan thariqun mua`abdun  jika jalan itu dihinakan dan diinjak-injak oleh kaki manusia. Akan tetapi ibadah yang diperintahkan mengandung makna dzull dan hubb. Yakni mengandung makna dzull yang paling dalam dengan hubb yang paling tinggi kehendaknya. Siapa yang tunduk kepada seseorang dengan perasaan benci kepadanya, maka ia bukanlah menghamba (menyembah) kepadanya. Sebagaimana seorang ayah mencintai anak atau rekannya. Karena itu tidak cukup satu dari keduanya dalam beribadah kepada Allah, tetapi hendaknya Allah lebih dicintainya dari segala sesuatu dan Allah lebih diagungkan dari segala sesuatu dan Allah lebih diagungkan dari segala sesuatu. Tidak ada yang berhak mendapat mahabbah (cinta) dan khudhu` (ketundukan) yang sempurna selain Allah. Inilah pilar-pilar kehambaan yang merupakan poros segala amal ibadah.
Ibnu Qayyim berkata dalam nuniyyah-nya:
“Ibadah kepada Ar-Rahman adalah cinta yang dalam kepada-Nya, beserta kepatuhan penyembah-Nya. Dua hal ini adalah ibarat dua kutub.
Di atas keduanyalah orbit ibadah beredar. Ia tidak beredar sampai kedua kutub itu berdiri tegak.
Sumbunya adalah perintah, perintah rasul-Nya. Bukan hawa nafsu dan syetan.
Ibnul Qayyim menyerupakan beredarnya ibadah di atas rasa cinta dan tunduk bagi yang dicintai, yaitu Allah subhanahu wata`ala dengan beredarnya orbit di atas dua kutubnya. Beliau juga menyebutkan bahwa beredarnya orbit ibadah adalah berdasarkan perintah rasul dan syari`atnya, bukan berdasarkan hawa nafsu syaitan. Karena hal yang demikian bukanlah ibadah. Apa yang disyari`atkan baginda rasul shalallahu alaihi wasallam itulah yang memutar orbit ibadah. Ia tidak diputar oleh bid`ah, nafsu dan khurafat. 

Terjemah dari Kitab At-Tauhid lish shaffil awwal al ali
@redaktur mukmin.net

Artikel mukmin.net







Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :


[akhlaq dan nasehat][bleft]
[Fiqih][bleft]

Masjidil Haram Terkini

Masjid Nabawi Terkini