Amanah Ilahiah dalam Menafsirkan Al-Quran
Kewajiban bagi seorang muslim dalam menafsirkan Al-Quran adalah hendaknya ketika menafsirkan Al-Quran ia merasa bahwa dirinya adalah penerjemah Allah dan sebagai saksi atas-Nya tentang apa-apa yang Dia kehendaki dari kalam-Nya. Sehingga dia mengagungkan kesaksian ini, seraya takut untuk berkata tentang Allah tanpa ilmu, yang menjerumuskannya ke dalam hal-hal yang Allah haramkan dan akan membuatnya hina di hari kiamat nanti. Allah ~subhanahu wa ta’ala~ berfirman:
قُلۡ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّىَ ٱلۡفَوَٲحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡہَا وَمَا بَطَنَ وَٱلۡإِثۡمَ وَٱلۡبَغۡىَ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ وَأَن تُشۡرِكُواْ بِٱللَّهِ مَا لَمۡ يُنَزِّلۡ بِهِۦ سُلۡطَـٰنً۬ا وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُون(٣٣)
Artinya: “Katakanlah: ‘Rabbku hanyalah mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui.” (Al-A’raaf:33)
Allah ~subhanahu wa ta’ala~ berfirman:
وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ تَرَى ٱلَّذِينَ كَذَبُواْ عَلَى ٱللَّهِ وُجُوهُهُم مُّسۡوَدَّةٌۚ أَلَيۡسَ فِى جَهَنَّمَ مَثۡوً۬ى لِّلۡمُتَكَبِّرِينَ (٦٠)
Artinya: “Dan pada hari kiamat engkau akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?” (Az-Zumar:60)
Disadur dari karya Syaikh Shalih Al-‘Utsaimin, “Kaedah Menafsirkan Al-Quran”.
Labels
Tafsir
Post A Comment
No comments :